Senin, 19 April 2010

[Kabar Gembira Bagi Bagi Kaum Ahlussunnah] Baca Tulisan Ini, Kabar Gembira Dari Rasulullah.. [Mengenal Sultan Muhammad al-Fatih]

Dalam hadits riwayat al-Imam Ahmad ibn Hanbal dan al-Imam al-Hakim disebutkan bahwa Rasulullah bersabda:

لَتُفْتَحَنّ الْقِسْطَنْطِيْنِيّةُ فَلَنِعْمَ الْأمِيْرُ أمِيْرُهَا وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذلِكَ الْجَيْشُ (رَوَاهُ أحْمَد والْحَاكمُ)

“Kota Kostantinopel (Istanbul sekarang) benar-benar akan ditaklukan oleh seorang panglima. Panglima tersebut adalah sebaik-baiknya panglima dan sebaik-baiknya tentara” (HR Ahmad dan al-Hakim).

Hadits ini baru menjadi sebuah kenyataan setelah sekitar 800 tahun kemudian dari masa hidupnya Rasulullah. Ialah ketika kota Istanbul takluk di tangan sultan Muhammad al-Fatih. Sebelum beliau, telah banyak panglima yang berusaha untuk menaklukan kota tersebut, termasuk ayah dari sultan Muhammad al-Fatih sendiri, yaitu sultan Murad ats-Tsani. Tentu mereka semua berkeinginan sebagai orang yang dimaksud oleh Rasulullah dalam pujiannya dalam hadits di atas. Namun ternyata hanya sultan Muhammad al-Fatih yang dapat menaklukan kota kostantinopel hingga jatuh secara penuh ke dalam kekuasaan kaum Muslimin.
Sejarah telah mencatat bahwa sultan Muhammad al-Fatih adalah seorang yang dalam akidah pengikut al-Imam Abu al-Hasan Asy’ari yang sangat tulen. Dalam akidah, beliau sangat kuat memegang teguh Ahlussunnah Wal jama’ah di atas madzhab Asy’ariyyah. Beliau sangat mencintai para ulama dan kaum sufi. Dalam hampir segala keputusan yang beliau tetapkan adalah hasil dari pertimbangan-pertimbangan yang telah beliau musyawarahkan dengan para ulama dan kaum sufi terkemuka. Bahkan sebelum beliau memutuskan untuk turun menaklukan Kostantinopel beliau bermusyawarah dengan guru-guru spiritualnya tersebut. Musyawarah di sini tidak hanya terbatas untuk membentuk mental dan spirit semata, namun juga pembahasan tentang metode, alat-alat perang, perbekalan dan lain sebagainya.
Kemudian salah satu senjata terpenting yang tertancap kuat dalam keyakinan sultan Muhammad al-Fatih adalah kekuatan tawassul. Karena itu, sebelum turun ke medan perang beliau bertawassul dengan Rasulullah. Beliau meminta kepada Allah agar diluluskan cita-citanya dengan menjadikan Rasulullah sebagai wasilah atau perantara dalam doanya tersebut. Dengan demikian hadits di atas, secara tersirat, memberikan pelajaran penting kepada kita bahwa tawassul adalah sesuatu yang telah disyari’atkan dalam Islam.
Pujian Rasulullah terhadap panglima penakluk Kostantinopel dalam hadits di atas adalah salah satu bukti kuat akan kebenaran akidah yang diyakini oleh panglima tersebut. Juga bukti kebenaran akidah dari bala tentara atau orang-orang yang bersamanya. Mereka itu semua adalah kaum Asy’ariyyah, kaum yang berkeyakinan akan kesucian Allah dari menyerupai makhluk-Nya. Berkeyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah, bahwa Allah suci dari segala bentuk dan ukuran, dan bahwa Allah tidak disifati dengan sifat-sifat benda. Mereka adalah kaum yang berkeyakinan tentang disyari’atkannya tawassul, baik bertawassul dengan para Nabi, maupun betawassul dengan para wali Allah ataupun orang-orang saleh lainnya. Karenanya, tidak sedikit dari para pengikut sultan Muhammad al-Fatih adalah orang-orang mulia yang berasal kalangan sufi dan para pengikut tarekat.

2 komentar:

  1. Kalau boleh, dapatkah Anda menunjukkan kepada saya bukti valid bahwa Muhammad Al-Fatih beraqidah Asy'ariyyah ? Itu pertama.

    Kedua, hadits itu selengkapnya begini (yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad) :

    حدثنا عبد الله بن محمد بن أبي شيبة وسمعته انا من عبد الله بن محمد بن أبي شيبة قال ثنا زيد بن الحباب قال حدثني الوليد بن المغيرة المعافري قال حدثني عبد الله بن بشر الخثعمي عن أبيه انه سمع النبي صلى الله عليه وسلم يقول : لتفتحن القسطنطينية فلنعم الأمير أميرها ولنعم الجيش ذلك الجيش قال فدعاني مسلمة بن عبد الملك فسألني فحدثته فغزا القسطنطينية

    Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah - dan aku mendengarnya dari 'Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah - ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Zaid bin Al-Hubbaab, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Al-Waliid bin Al-Mughiirah Al-Mu'aafiriy, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku 'Abdullah bin Bisyr Al-Khats'amiy, dari ayahnya, bahwasannya ia mendengar Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Konstantinovel benar-benar akan ditaklukkan, maka senikmat-nikmat pemimpin adalah pemimpinnya dan senikmat-nikmat pasukan adalah pasukan itu". Lalu Maslamah bin 'Abdil-Malik pun memanggilku dan bertanya kepadaku, maka aku menceritakan hadits itu, dan setelah itu, ia pun memerangi Konstantinovel [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/335].

    Hadits itu dinilai oleh Asy-Syaikh Syu'aib Al-Arna'uth dla'iif (lemah) karena jahalah dari 'Abdullah bin Bisyr.

    Dalam At-Taariikh Al-Kabiir-nya Al-Bukhaariy dan yang lainnya, disebutkan 'Ubaid bin Bisyr Al-Ghanawiy.

    Dalam jalan riwayat lain dari At-Taariikh Al-Kabiir, disebutkan 'Ubaidullah bin Bisyr Al-Ghanawiy.

    Dalam riwayat Ath-Thabaraniy, Ibnu Khuzaimah, dan Al-Haakim, disebutkan 'Abdullah bin Bisyr Al-Ghanawiy.


    [lihat penjelasan Al-Albaaniy dalam Adl-Dla'iifah no. 878 dan Al-Arna'uth dalam Takhriij Al-Musnad 31/287-288].

    Jika Anda mengatakan bahwa 'aqidah Asy'ariyyah Maturidiyyah itu adalah 'aqidahnya salaf, maka kenyataan mendustakan Anda.

    BalasHapus
  2. Seandainya hadits tersebut Shahih maka ndak mesti yang dimaksud dalam Hadits itu adalah Muhammad Al-Fatih. Ada beberapa hadits yang terkait dalam hal penaklukan Qusthantiniyah a.k.a Konstantinopel tapi –mungkin- terlewatkan dari ingatan antum. Coba simak hadits berikut:

    Dari Abu Huroiroh, bahwa Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Kiamat tidak akan datang, sampai pasukan Romawi turun di kawasan al-A’maq atau Dabiq. Maka keluarlah pasukan dari Madinah (untuk menghalau mereka), yang terdiri dari orang-orang terbaik di bumi saat itu. Ketika Pasukan Islam itu berbaris untuk menghalau, maka Pasukan Romawi mengatakan: “Biarkanlah kami bertempur dengan orang yang menawan sebagian orang kami!”. Maka kaum muslimin mengatakan: “Tidak, demi Alloh kami tidak akan membiarkan kalian menyerang saudara kami!”. Maka terjadinya peperangan diantara mereka.
    Dalam pasukan Islam itu, ada sepertiga yang lari dan Alloh tidak akan memaafkan mereka, ada sepertiga lagi yang gugur dan menjadi para syuhada’ yang paling mulia, dan ada sepertiga lagi yang menang dan selamanya tidak akan gentar (melawan musuh). Mereka (kemudian) mampu menaklukkan Kawasan Qusthonthiniyah.
    Ketika mereka sedang membagi harta rampasan perang, dengan menggantungkan pedang-pedang mereka di pohon zaitun, tiba-tiba setan menyerukan bahwa al-Masih (Nabi Isa) telah datang di tempat kalian. (Mendengar seruan itu), mereka pun keluar, padahal seruan itu bohong belaka. Ketika mereka sampai di Negeri Syam, maka dia (si Dajjal) keluar.
    Ketika pasukan muslimin sedang bersiap perang, mereka membuat shof-shof saat dikumandangkan sholat, (ketika itu) Isa putra Maryam -shollallohu alaihi wasallam- turun dan menjadi imam mereka. Maka ketika musuh Alloh (Dajjal) melihatnya, ia pun mencair (melemah kekuatannya) sebagaimana mencairnya garam dalam air, Seandainya ia (Nabi Isa) membiarkannya, tentunya ia (Dajjal) akan mencair dan mati dengan sendirinya, tetapi Alloh (berkehendak) membunuhnya dengan tangan Nabi Isa, dan ia memperlihatkan darahnya (Dajjal) yang menempel di tombaknya kepada pasukan muslimin. (HR. Muslim)
    [Terjemah hadits Oleh Ustadz Ad-Dariniy di Blognya]

    Hadits diatas dan semisalnya jelas2 berbicara tentang Penaklukan Konstantinopel dan jelas2 terdapat Pujian Rasulullah terhadap orang2 yang berperang di Akhir Zaman tatkala menaklukan/membuka Konstatinopel.

    Sekali lagi, -dengan asumsi- jika hadits yang antum bawakan itu shahih. Ini hanya untuk jaga2 –sebagai jawaban Alternatif- sebab hampir bisa dipastikan antum akan menolak Pendha’idan dari Syaikh Al-Albani –dalam hal ini hadits yg antum sebutkan- sebagaimana umumnya kalangan Sufi-Asy’ari-Maturidi lainnya...

    Oya, satu lagi, jawab yang jujur bagaimana sikap kalangan Maturidiy -yang Muhammad Al-Fatih ini dinisbatkan kepadanya- terhadap hadits Ahad dalam masalah Aqidah? Apa antum ga merasa bahwa hadits riwayat Ahmad, dll yang antum bawakan itu adalah Hadits Ahad? Diterima atau ditolak? Jika ditolak maka hujjah antum telah runtuh dengan sendirinya sebab masalah pengabaran tentang masa depan termasuk perkara Ghaib yang masuk dalam cakupan Aqidah.

    BalasHapus